PROPOSAL STRATEGI MANAJEMEN DAKWAH BIL QOLAM DI DALAM LEMBAGA PERS KAMPUS SEBAGAI BENTUK MANIFESTASI LULUSAN DA’I YANG MUMPUNI DALAM MENULIS
PROPOSAL PENELITIAN IDIVIDUALSTRATEGI MANAJEMEN DAKWAH BIL QOLAM DI DALAM LEMBAGA PERS KAMPUS SEBAGAI BENTUK MANIFESTASI LULUSAN DA’I YANG MUMPUNI DALAM MENULIS( Study Kasus Lembaga Pers Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang )
Di susun oleh Sukmawati Maghfurina Hasyim 131311013 MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG2014 / 2015
I. Pendahuluan
Dewasa ini Da’wah Bil Qolam”
(DBQ) mungkin masih terasa asing di telinga, banyak orang yang tidak
mengetahui. Namun tidak seperti istilah “Da’wah Bil Lisan” dan “Da’wah Bil
Hal”. Penggunaan nama “Qolam” merujuk kepada firman Allah SWT, “Nun,
perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya” (Q.S. Al-Qolam:1).
Maka, jadilah DBQ sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yaitu dengan membuat
tulisan di media massa.
Karena menyangkut tulisan, DBQ bisa
diidentikkan dengan istilah “Da’wah Bil Kitabah” (dakwah melalui tulisan). Saya
memilih DBQ karena istilah “Qolam” (pena) kesannya lebih agresif ketimbang
“Kitabah” (tulisan). Pena menunjukkan subjek, senjata, atau alat. Tulisan
adalah objek, hasil, atau produk goresan pena.
Pada era informasi sekarang ini yang
ditandai dengan maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat
pembentuk opini publik, para mubalig, aktivis dakwah, dan umat Islam pada
umumnya –yang memang terkena kewajiban secara syar’i melakukan dakwah —
harus mampu memanfaatkan media massa untuk melakukan DBQ, melalui rubrik kolom
opini yang umumnya terdapat di suratkabar harian, mingguan, tabloid,
majalah-majalah, atau buletin-buletin internal masjid. Tentu saja, DBQ berjalan
seiring dengan pelaksanaan dakwah format lama: da’wah bil lisan(ceramah,
tablig, khotbah) dan da’wah bil hal (pemberdayaan masyarakat secara
nyata, keteladanan perilaku).
Melalui tulisan-tulisan di media
massa, seorang mubalig, ulama, kyai, atau umat Islam khususnya di kalangan
mahasiswa pada umumnya –sesuai dengan
bidang keahlian atau keilmuan yang dikuasainya– dapat melaksanakan DBQ. Dengan
demikian, mereka atau kita pun dapat melaksanakan peran sebagai jurnalis
Muslim, yakni sebagai muaddib (pendidik), musaddid (pelurus
informasi tentang ajaran dan umat Islam), mujaddid (pembaharu pemahaman
tentang Islam), muwahid (pemersatu atau perekat ukhuwah Islamiyah), dan mujahid(pejuang,
pembela, dan penegak agama dan umat Islam).
Keunggulan DBQ dibandingkan format
dakwah bentuk lain adalah sifat objeknya yang massif dan cakupannya yang luas.
Pesan DBQ dapat diterima oleh ratusan, ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan
orang pembaca dalam waktu yang hampir bersamaan.
DBQ juga merupakan senjata kita
dalam melawan serbuan pemikiran (Al-Ghazwul Fikr) pihak-pihak yang
hendak merusak akidah, pemikiran, dan perilaku Islami umat Islam melalui media
massa. Media massa memang alat efektif untuk membentuk opini publik/umum (public
opinion), bahkan mempengaruhi orang secara kuat dan massif.
Dewasa ini, kita merasakan masih
langkanya para aktivis DBQ. Lebih langka lagi adalah para “ahli Islam” (ulama,
cendekiawan, mubalig) yang mampu melakukan da’wah bil lisan (ceramah,
tabligh, khotbah) sekaligus piawai menulis artikel keislaman untuk media massa
(DBQ). Banyak ulama dan cendekiawan hanya “jago pidato” di atas mimbar, namun
tidak mampu (tidak mau?) menulis di media massa.
Pentingnya menerbitan media massa
Islam sebagai sarana DBQ pun kurang mendapat perhatian secara sungguh-sungguh
dari kalangan umat Islam. Padahal, wahyu pertama tentang perintah membaca (Iqra’)
dan adanya Surat Al-Qolam dalam Al-Quran, mengisyaratkan betapa pentingnya arti
dan fungsi tulisan dan bacaan bagi umat Islam.
“Tulisan adalah tamannya para
ulama,” kata Ali bin Abi Thalib. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama
“mengabadikan” dan menyebarluaskan pandangan-pandangan keislamannya. DBQ yang
telah dilakukan para ulama salaf atau cendekiawan Muslim terdahulu, telah
melahirkan sejumlah “Kitab Kuning” (buku teks [text book] para santri di
pesantren-pesantren). Mungkin, jika tidak dituangkan dalam tulisan, pendapat
para ulama dan mujtahid sulit dipelajari dan diketahui dewasa ini.
Kemampuan menulis (DBQ) menjadikan
seorang Imam Al-Ghazali dapat mewariskan ilmunya lewat Ihya ‘Ulumuddin dan
sebagainya. Demikian pula sejumlah ulama lain. Hasan Al-Banna, Abul A’la
Al-Maududi, dan Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menggelorakan semangat pembaharuan dan
kebangkitan Islam lewat artikel dan buku-buku mereka. Pembaharu Islam
Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-’Urwatul
Wutsqa di Prancis. Melalui tulisan-tulisannya di majalah tersebut, mereka
mencanangkan da’wah Islam di tengah peradaban dunia Barat.
Demikian pula para ulama, sarjana,
filsuf, dan cendekiawan Muslim lain dari berbagai disiplin ilmu. Benar juga
kata Plato: “Pikiran manusia terekam di ujung pena mereka”.DBQ bahkan sudah
dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw. Surat ajakan masuk Islam kepada
Kaisar Persia, umpamanya, merupakan bukti DBQ. Karena dakwah tertulis
dicontohkan langsung oleh Rasulullah, maka ia menjadi “sunnah”.
Lebih dari itu, pembukuan Al-Quran
yang kini kita kenal dengan mushaf dalam perspektif jurnalistik,
Al-Quran adalah karya jurnalistik juga, yakni sebuah media massa format buku
yang isinya firman-firman Allah SWT. Dari akar kata shuhuf, sebutan bagi
kumpulan wahyu, dikembangkan kata shahifah yang berarti suratkabar atau
koran dan shahafi yang searti dengan wartawan atau jurnalis (Ali Yafie
dalam Rusjdi Hamka & Rafiq, 1989:285). Demikian pula, termasuk karya
jurnalistik adalah kitab-kitab kumpulan hadits semacam Shahih Bukhari
dan Shahih Muslim.
Sebuah tulisan atau karya tulis dapat berpengaruh sangat luas dan membuat
penulisnya sangat populer. Salman Rushdie begitu mendunia namanya karena
tulisannya, buku Satanic Verses(Ayat-Ayat Setan), yang dianggap
melecehkan Islam. Pemerintah Iran bahkan memvonis hukuman mati baginya.
Tulisan atau goresan pena seorang
penulis dapat menjadi pelopor suatu pemikiran, keyakinan, ide, cita-cita,
bahkan revolusi (KHM Isa Anshary, 1984:33-41). Revolusi Prancis bergerak di
bawah cahaya pikiran dan cetusan pandangan yang dirintis J.J. Rousseau dan
Montesquieu. Revolusi Amerika dibimbing “Declaration of Independent”
(Fatwa Kemerdekaan) yang hingga kini dijadikan pedoman besar bangsa
Amerika.
Tulisan atau pena seorang penulis cukup berbicara satu kali, melekat terus
dalam hati dan menjadi buah tutur setiap hari. Para jududa’wah pelu lebih
memperhatikan kepentingan tulisan di berbagai media da’wah, menjadikan media
massa sebagai alat perjuangan da’wah.Tulisan dan bacaan adalah media da’wah
yang tidak kurang vitalnya dari angkatan mujahidin dan mubalighin yang bergerak
setiap masa ke segala pelosok dunia; membuka hati masyarakat, merebut
masyarakat dari genggaman dan belenggu paham dan aliran luar Islam. Masyarakat
Islam dalam segala tingkatan, keluarga dan rumah tangga kaum Muslimin, harus
kita masuki dengan bacaan-bacaan Islam, mengembalikan mereka kepada kehidupan
Islam.
II.
Rumusan Permasalahan
Mendasarkan pada latar belakang dalam pendahuluan diatas maka permasalahan
yang menjadi fokus penelitian yaitu
1.
Mengapa minat menulis di kalangan mahasiswa sebagai implementasi da’wah bil
qolam semakin menurun ?
2.
Apa bentuk bentuk startegi manajemen dakwah yang dapat di terapkan di
kalangan mahasiswa sebagai bentuk manifestasi lulusan yang berkompeten?
III.
Pembatasan Masalah
Penelitian ini lebih memfokuskan pada
strategi mahasiswa agar dapat menulis dan menjadikan tulisan tersebut sebagai
salah satu media dakwah. Sehingga mahasiswa mampu menuangkan ide pemikirannya
melalui tulisan. Mahasiswa yang sudah mempunyai karya tulis berupa buku atau
pun kumpulan kumpulan artikel maka akan
melatih serta mengembangkan potensi yang dimiliki setiap personal masing
masing. Namun dewasa ini banyak mahasiswa yang pragmatis, apatis sehingga
bermalas-malasan dalam menulis. Dakwah
bil qolam sebagai salah satu cara mahasiswa mebuju lulusan yang cakap dan
berkompeten dalam disiplin ilmu yang di fokuskannnya.
IV.
Signifikasi Penelitian
Penelitian ini sangat menarik mengingat kurangnya minat menulis
dikalangan mahasiswa. Padahal dunia membaca ataupun menulis dikalangan
mahasiswa sangat lah penting dan menjadi salah satu tolak ukur dalam dunia
akasemisi. Banyak strategi yang perlu mahasiswa terapkan untuk menuliskan ide
gagasan pokok dalam suatubentuk dakwah bilqo media sebagai sarana dakwah.
Menulis menjadi slah satu hal terpenting karena akan mengimplementasikan ilmu
ilmu yang telah didapatkan.Strategi dalam mewujudkan mahasiswa yang gemar dalam
menulis slah satunya manajemen diri yakni bagaimana cara kita mengatur waktu ,
prioritas dan juga usaha usaha yang nantinya memudahkan mahasiswa dalam menulis
sebagi betuk dakwah bil qolam.
V.
Kerangka Teori
Dewasa ini strategi diartikan sebagai istilah yang lazim untuk apa yang
biasa disebut kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu
(Steiner & Miner, 1988 : 18). Artinya strategi merupakan kebijakan yang
digunakan untuk mensiasati perubahan, perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Definisi klasik tentang strategi yang semula berasal dari kalangan
militer mengatakan bahwa strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan
dana, daya dan peralatan yang tersedia untuk memenangkan suatu pertempuran
(Siagian, 1994 : 7). Pada intinya,
strategi merupakan kebijakan yang berfungsi untuk mensiasati perubahan dalam
meraih tujuan.
Seiring berjalannya waktu
strategi yang biasa dilekatkan pada lingkup mengalami perluasan makna. Istilah
tersebut juga digunakan pada lingkup perusahaan dan juga organisasi. Strategi
tidak hanya diperlukan institusi militer, melainkan semua institusi, karena
strategi sangat dibutuhkan agar segala tujuan tercapai dengan mudah
Kata “dakwah” merupakan
kata saduran dari kata دعا,
يدعو, دعوة (bahasa
Arab) yang mempunyai makna seruan, ajakan,
panggilan, propaganda, bahkan berarti permohonan dengan penuh harap atau dalam
bahasa Indonesia biasa disebut berdo’a (Noor, 1981; 28). Di dalam
al-Qur'an dakwah tidak hanya diartikan sebagai menyeru, akan tetapi ucapan yang
baik, tingkah laku yang terpuji dan mengajak orang lain ke jalan yang benar,
itu sama halnya dengan kegiatan dakwah (Ma’arif, 1994 : 101).
Menurut A. Wahab Suneth
dan Safrudin Djosan (2000: 8), dakwah merupakan kegiatan yang dilaksanakan
jama’ah muslim atau lembaga dakwah untuk mengajak manusia masuk ke dalam jalan
Allah (kepada sistem Islam) sehingga Islam terwujud dalam kehidupan fardliyah,
usrah, jama’ah, dan ummah, sampai terwujudnya tatanan khoiru
ummah. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam surat ali-Imran
ayat 110,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Artinya:“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar…. (Q.S. Ali Imran : 110)
Ayat tersebut menerangkan bahwa umat
Islam harus menjadi umat terbaik yang bertugas membawa umat manusia kepada
kebaikan, seperti halnya tugas dan tujuan dakwah.
Apapun jenis kegiatan dakwah, baik dakwah individual
maupun kelompok,
dakwah bil qolam dakwah bil lisan dan
dakwah bil hal harus
memiliki rancangan yang menyeluruh dan tersusun berdasarkan ornamen-ornamen
yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut. Awal dari kegiatan dakwah sendiri akan
bermula dari munculnya perencanaan dakwah dan berakhir dengan evaluasi dari
kerja dakwah yang telah terselenggara. Rentetan kegiatan inilah yang kemudian
dikenal dengan istilah manajemen dakwah.
Proses penelitian secara konsptual maka akan dipaparkan bagaimana strategi
dalam menulis sebagi wujud dakwah bil qolom. Mahasiswa dituntut untuk peka
terhadap sekitar dan memikirkan ide-ide pemecahan masalah. Mereka pun harus
lebih terbuka untuk terus menggali informasi dari berbagai sumber, misalnya
lingkungan sekitar atau buku-buku untuk menemukan pemecahan masalah. Di sinilah
pentingnya membaca bagi mahasiswa. Wawasan akan bertambah, ide-ide baru juga
bisa muncul dengan baik hasil dari menarik kesimpulan berdasarkan
referensi-referensi yang sudah dibaca. Membaca juga dapat meningkatkan
imajinasi seseorang dalam berpikir kritis dan kreativ menuju hal-hal yang
positiv. Jika budaya membaca ditinggalkan begitu saja, takutnya mahasiswa akan
menjadi ‘cupu’ terhadap pengetahuan.
Sementara dalam hal tulis-menulis, aktivitas tersebut sangat penting untuk
mendorong kreativitas berpikir seorang mahasiswa. Jika mahasiswa hanya
membudayakan ‘copas’ itu akan merugikan dirinya sendiri. Dia menjadi malas
untuk memikirkan pemecahan masalah, malas untuk memikirkan gagasan-gagasan
baru, sampai mengekang kreativitas berpikir mereka. Padahal mahasiswa dituntut
untuk kritis terhadap lingkungan sekitar ataupun permasalahan-permasalahan
dalam masyarakat. Di pihak lain, menulis juga menguntungkan bagi mahasiswa yang
masih ragu atau malu untuk menyampaikan pendapat. Dia bisa mengungkapkan
gagasan tersebut lewat tulisan agar bisa tersampaikan kepada orang lain.
Dari uraian di atas sangat jelas jika mahasiswa butuh mengembangkan budaya
membaca dan menulis. Di lain kesempatan, ketika mahasiswa sudah lulus dan
terjun dalam dunia kerja ataupun masyarakat manfaat ini juga menguntungkan.
Kebiasaan membaca dan menulis yang bisa mempertajam analisis seorang mahasiswa
dapat memudahkan dirinya sendiri ketika terjun di dunia kerja dan masyarakat.
Manfaatnya menjadi berlipat-lipat bukan.
Nah, mengingat budaya tersebut mulai luntur bagaimana cara menanamkan
budaya menulis tersebut kepada mahasiswa kembali?
Sebenarnya
poin terpenting adalah kesadaran mahasiswa akan pentingnya menulis dan membaca.
Yang jadi masalah adalah kesadaran itu seakan terabaikan. Jika mereka suka
bermain social media sebenarnya jika digunakan dengan tepat dapat menguntungkan
mahasiswa dalam mencari dan berbagi informasi. Contohnya adalah blog. Blog
selain dapat digunakan mencari informasi juga dapat digunakan untuk menulis atau
mengepostkan informasi. Jenis blog sangat beragam saat ini dan mahasiswa bisa
memilih salah satunya untuk berbagi informasi. Dengan begitu kebiasaan menulis
mulai tumbuh. Menumbuhkan kesadaran pentingnya membaca dan menulis harus di
mulai dari hal-hal sederhana. Misalnya seperti menulis di blog, mulai mengusir
rasa malas, meyakini bahwa membaca tidak membuang-buang waktu dengan
menggunakan waktu luang yang dimiliki dengan membaca sebentar dan dilanjutkan
beberapa saat lagi. Jika diawali dengan hal sederhana, saya yakin lama-kelamaan
akan menjadi kebiasaan. Ingat, membaca dan menulis memang sepele dan sederhana
namun pada kenyataannya manfaatnya sangat menguntungkan.
Mahasiswa mulailah dari secarik kertas untuk dibaca dan dihias dengan
gagasan-gagasan luar biasa untuk lebih menghasilkan karya yang kreatif, cerdas,
dan bermanfaat. Sebagai penutup saya akan mengutip salah satu kata bijak dari
manusia yang dianggap jenius yang sangat memotivasi saya untuk menuangkan ide
dan imajinasi saya dalam sebuah tulisan serta membudayakan membaca untuk
menambah wawasan dalam berpikir kreativ.“Imajinasi lebih penting dari pada
logika. Logika hanya membawa anda dari A ke B. Namun imajinasi mampu membawa
anda kemana-mana”-Albert EinsteinFenomena lain yang saya amati adalah budaya
menulis. Seiring perkembangan globalisasi yang semakin pesat, teknologi pun
semakin canggih. Contoh sederhana adalah internet yang sangat memudahkan kita
untuk mengakses berbagai jenis informasi. Mahasiswa sendiri juga sangat
membutuhkan internet untuk mencari lebih banyak informasi. Misalnya untuk
referensi dalam mengerjakan tugas. Masalahnya sekarang adalah mahasiswa
cenderung menjadi terbiasa untuk menerapkan budaya ‘copas’ atau copy-paste. Ada
yang berpikiran malas untuk merangkum dan berpikir lebih praktis untuk
menghemat waktu. Jika seperti itu adanya, bagaimana mungkin mahasiswa dapat
berpikir kreatif dalam memecahkan masalah jika selalu membudayakan ‘copas’?
Menulis merupakan sebuah kegiatan untuk mengeluarkan ide-ide atau gagasan
lewat tulisan. Sayangnya tidak banyak orang yang mempunyai pikiran untuk itu.
Ada yang beranggapan bahwa menulis hanya untuk orang-orang yang mempunyai bakat
merangkai kata-kata yang indah. Itu alasan yang tidak benar, karena menulis
bisa dijadikan sebagai alat penyampaian ide atau gagasan.
Dalam dunia mahasiswa, membaca menjadi sangat penting dan pokok untuk
ditekuni. Bagaimana tidak, sebagian dari kehidupan mahasiswa untuk menciptakan
terobosan-terobosan pemecahan masalah sebagaimana fungsi mahasiswa yang juga
harus berguna untuk masyarakat. Untuk itu mahasiswa dituntut untuk menuangkan
gagasan-gagasannya lewat tulisan dan mencari referensi-referensi lewat membaca
Fenomena
tersebut menjadi semakin marak dijumpai. Para mahasiswa seakan acuh akan
pentingnya membaca dan menulis. Dengan alasan malas, menghabiskan waktu, sampai
agar lebih efisien mereka lontarkan. Mahasiswa jaman sekarang lebih suka
bermain social media sebagai ajang mengikuti trend yang sedang
gencar-gencarnya. Jika hal ini terus-menerus dibiarkan, saya pikir akan sangat
merugikan diri sendiri mengingat membaca dan menulis sangat penting. Dan
manfaatnya pun sebenarnya juga sangat menguntungkan diri kita sendiri.
VI.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian tanpa menggunakan angka-angka
statistik (Margono, 2002 : 61). Pendekatan penelitian ini menggunakan
pendekatan strategi dakwah. Spesifikasi penelitian menggunakan analisis
kualitatif deskriptif.
1.
Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan histoeis
dengan paradigma konstruktif
2.
Lokasi Penelitian
Lingkungan dan Mahasiswa kampus UIN Walisongo
3.
Teknik pengambilan data
Oservasi atau pengamatan langsung, wawancara dan
dokumentasi serta
Kajian pustaka melalui buku buku manajemen dan da’wah
bil qolam
4.
Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka perlu dianalisis untuk
mendapatkan kesimpulan data penelitian ini. Dalam analisis data ini penulis
menggunakan analisis kualitatif deskriptif.
Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena, dalam
hal ini hanya untuk mengetahui yang berhubungan dengan keadaan sesuatu
(Arikunto, 1996: 245).
VII.
Sumber
bacaan
Suminto Aqib, Problematika Da’wah ,( Jakarta : Pustaka Panjimas 1985)
Anas Ahmad , Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi teoritis dan praktis dakwah
sebagai solusi problematika kekinian (
Semarang :Pustaka Rizki Putra 2006)
Ar-Rosyid Muhammad, Hambatan Hambatan Dakwah ( Jakarta :
Robbani Pers 2002)
Amin Munir Samsyul, Ilmu Dakwah ,(Jakarta : Amzah 2009)
Adi Rianto Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum (Jakarta : Granit 2005)
Muhtadi Saeful Ahmad Komunikasi Dakwah teori pendekatan dan
aplikasi
(Bandung : Simbiosa Rekatama Media
2012 )
Komentar
Posting Komentar